Salah satu hal menyenangkan bagi seorang musisi adalah bermain musik
dan menampilkankannya di depan penonton. Bisa mengekspresikan diri lewat
musik, membagikan musiknya dan menerima energi kembali dari penonton
itu seperti menjadi ‘candu’ bagi mereka. Namun tak selamanya yang
terjadi bisa seideal itu, akibat munculnya performance anxiety
atau kecemasan penampilan atau biasa dikenal dengan demam panggung.
Alih-alih merasakan kesenangan bermusik, seorang musisi justru merasakan
stres hingga kemudian merusak penampilan mereka.
Lalu, bagaimana seorang musisi bisa mengatasi demam panggung itu?
Apa Itu Demam Panggung?
Demam panggung bisa dialami siapa saja, mulai dari anak yang baru
belajar musik, remaja, dewasa dan bahkan musisi-musisi besar. Beberapa
musisi besar yang diketahui mengalami demam panggung ini adalah pianis dan serta penyanyi populer dan .
Psikolog biasa mendefinisikan demam panggung ini dari sumber serta
kondisi yang dihasilkannya. G.D. Wilson dan D. Roland berhasil
mengidentifikasi 3 sumbernya, yaitu orang yang bersangkutan, situasi dan tugas musikalnya. Bagian setelah ini adalah penjelasan terkait ketiga sumber tersebut.
Gejala Demam Panggung
Jika seseorang mengalami demam panggung, gejala fisik yang dialami
mirip dengan gejala ketika seseorang sedang terancam atau takut.
Contohnya seperti: jantung berdetak kencang, keringat berlebih, kurang
nafas, mulut kering, mual, sakit perut, otot tegang, tangan bergetar
hingga pandangan yang mengabur.
Gejala-gejala ini kemudian yang akan menurunkan kualitas penampilan
seorang musisi. Misalnya, gangguan penglihatan yang disebabkan membesar
dan mengecilnya pupil, bisa saja membuat seorang musisi tidak bisa
membaca partitur di hadapannya. Atau, ketegangan otot dan tangan gemetar
bisa membuat pemain gitar tidak bisa menekan senar di nada yang tepat.
Untuk mengatasi gejala ini, solusinya adalah dengan melakukan
relaksasi. Relaksasi bisa dilakukan dengan tarik nafas dalam-dalam
sebelum tampil atau dengan mengencangkan lalu mengendurkan otot
berulang-ulang dalam beberapa saat. Selain relaksasi, bisa juga dengan
mengkonsumsi obat. Namun, perlu diwaspadai bahwa obat-obatan ini bisa
menimbulkan efek samping, seperti menurunnya sensitivitas
mengekspresikan diri, khususnya jika dikonsumsi dalam jumlah besar.
Orang Sebagai Sumber Kecemasan
Mengatasi gejala fisik seringkali tak sepenuhnya menghilangkan demam
panggung. Bagaimana seorang musisi berpikir; sikap, kepercayaan,
penilaian dan tujuan, juga berpengaruh dalam penciptaan kecemasan.
Sumber pertama adalah kecenderungan untuk menjadi cemas, yang merupakan
dampak dari self-handicapping (penghambatan diri) dan
perfeksionisme. Penghambatan diri adalah ketika seorang musisi terlalu
memikirkan bagaimana opini/penilaian orang lain terhadap dirinya.
Sedangkan perfeksionisme adalah ketika seorang musisi memiliki harapan
tidak realistis terhadap dirinya sendiri.
Untuk bisa mengatasinya, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan,
yaitu: (1) belajar menerima kecemasan dalam kadar tertentu dan juga
kesalahan-kesalahan kecil selama tampil; (2) menghargai proses saat
tampil daripada sibuk dengan pendapat penonton; dan (3) musisi belajar
untuk mengenali pemikiran-pemikiran yang tidak realistis atau tidak
produktif, dan menggantinya dengan pemikiran-pemikiran yang realistis
dan fokus pada tugas yang harus dilakukan. Bentuknya adalah dengan self-talk,
atau bicara pada diri sendiri. Contohnya, musisi diminta mengganti
pikiran-pikiran kritis seperti “Nanti bagaimana jika ada bagian yang
lupa?” atau “Saya harus tampil sempurna,” dengan pernyataan konstruktif
seperti “Saya sudah mempelajari lagu ini secara utuh dan sudah sangat
siap membawakannya” atau “Saya perlu konsentrasi dalam menjaga tempo.”
No comments:
Post a Comment